Rabu, 18 Mei 2011

Laporan Praktikum darah


BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
            Pembuluh Vena adalan pembuluh darah yang kaya akan CO2  dan mengalir ke arah jantung. Darah terbagi atas 3 bagian:
1.      Sel darah yang cair yang berbentuk merah yang disebut Erythrosit.
2.      Sel darah Putih disebut Leukosit.
3.      Keping darah disebut Trombocyt.

Di dalam sel darah terdapat berbagai macam zat antara lain Garam anorganik, Subtansi organikgas-gas yang terlarut, Hormon, dan Antioksidan.perbedaan antara Katak dengan Manusia adalah pada sel darah katak berbentuk Lonjong, Bulat dan mempunyai Inti di tengah sedangkan untuk darah manusia bentuknya bulat, bikonkaf dan tidak mempunyai inti. Pada Manusia jumlah sel darah merah sekitar 4,5-6 juta butir setiap ml darah.Sel darah putihnya sekitar 6000-9000 butir setiap ml darah sedangkan jumlah keping darah sekitar 200,000- 300,000 butir untuk setiap ml darah. Berdasarkan bentuk dan sifatnya leucocyt dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.      Leucocyt bergranular
Neutrophyl, Basophyl dan Eosinopyl.
2.      Leucocyt yang tidak bergranular
Monocyt dan Lympocyt.
            Apabila Hb di bawah standar, disebut juga dengan Anemia yang terjadi akibat beberapa faktor di bawah ini antar lain:
1.      Pematangan sel yang tidak sempurna.
2.      Sum-sum tulang belakang tidak berfungsi.
3.      Adanya pendarahan yang berlebihan.
4.      Membran sel terlalu rapuh.

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanyaperbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darahmerah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolonganABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenisantigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusidarah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusiimunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen Bdalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatifhanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atauO-negatif.
1.         Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel, darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serumdarahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapatmenerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
2.         Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen
A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dariorang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal.Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkandarah kecuali pada sesama AB-positif.
3.         Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.
http://htmlimg3.scribdassets.com/k30vf2mapw3bn7k/images/3-14cc543944/000.jpg

I.2. Tujuan
1.      Mengamati struktur sel darah pada Katak dan Manusia.
2.      Mengamati aliran darah pada ekor kecebong.
3.      Mengamati larutan hypertonis, hypotonis dan latutan isotonis terhadap sel darah merah Katak dan Manusia.
4.      Mengamati struktur kristal Hemin, Fibrin dan waktu yang diperlukan darah membeku.
5.      Menentukan golongan darah, kadar Hb dan jumlah sel darah merah dan sel darah putih seseorang/ mahasiswa.









II  TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah cairan yang berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Volume darah manusia ± 7 % dari berat badan atau ± 5 liter untuk laki–laki dan 4,5 liter untuk perempuan. Penyimpanan darah dapat dilakukan dengan memberikan natrium sitrat atau natrium oksalat, karena garam–garam ini menyingkirkan ion–ion kalsium dari darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah (Abbas, 1997).
Darah merupakan suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang disebut dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interselular yang berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan pengikat yang dalam artiannya menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Darah yang merupakan suspensi tersebut terdapat gen, dimana gen merupakan ciri-ciri yang dapat diamati secara kolektif atau fenotifnya dari suatu organisme. Pada organisme diploid, setiap sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat keturunannya (Subowo. 1992).
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan ion Ca2+ (Poejadi, 1994). Darah mempunyai fungsi antara lain: mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu, mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas suhu tubuh dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke alat-alat tubuh yang tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan membentuk antibodi (Abbas, 1997).
Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin. Dikenal 2 macam antigen yaitu α dan β, sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B. Antigen dan antibodi yang dikandung oleh darah seseorang dengan golongan darah tertentu adalah sebagai berikut:

Tabel Antigen dan Antibodi yang dikandung oleh darah seseorang

Golongan
Antigen
Zat anti
A
Α
B
B
Î’
A
AB
-
A + B
O
α maupun β
-





Bila antigen α bertemu dengan anti A dalam darah seseorang maka akan terjadi penggumpalan darah dan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hal ini golongan darah penting sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Untuk menghindari jangan sampai terjadi penggumpalan, maka sebelum dilakukan transfusi darah, baik darah si pemberi (donor) maupun si penerima (resipien) harus diperiksa atau diketahui terlebih dahulu golongan darahnya (Kimball, 1990).
Golongan darah menurut system ABO, pada permulaan abad ini K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah kadang-kadang terjadi apabila sel darah merah seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan yaitu A, B, dan O. Golongan keempat yang jarang ditemui yaitu golongan darah AB telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner yaitu A. V. Von Decastelo dan A. Sturli pada tahun 1902.
Golongan darah menurut system MNSs, dalam tahun 1972 K. Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen baru yang disebut antigen-M dan antigen-N. Dikatakan bahwa sel darah merah seseorang dapat mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut. Golongan darah menurut sistem Rh, K. Landsteiner dan A. S. Wiener pada tahun 1940 menemukan antigen baru lagi yang dinamakan faktor Rh (singkatan dari kata Rhesus, ialah sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk penyelidikan darah orang). Golongan darah dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Golongan darah Rh positif (Rh+) ialah orang yang memiliki antigen Rh dalam eritrositnya sehingga waktu darahnya dites dengan anti serum yang mengandung anti Rh maka eritrositnya menggumpal, golongan darah Rh negatife (Rh-) ialah orang yang tidak memiliki antigen Rh di dalan eritrositnya, sehingga eritrositnya tidak menggumpal pada waktu dites (Suryo, 2001).
Menurut sistem A, B, O, ada 4 macam golongan darah, berdasarkan macam aglutinogennya. Keempat golongan darah itu ditentukan oleh 3 macam alela yang diberi simbol I ( isoaglutinogen): gen IA pembentuk aglutinogen A, gen IB pembentuk aglutinogen B, gen IO yang tidak dapat membentuk aglutinogen (Foster, 2002).




III METODE PENELITIAN
III.1. Waktu dan Tempat Penelitian
            Hari Rabu jam 15.00 tanggal 27 April 2011 di Laboratorium Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Riau.

III.2. Alat dan Bahan
Alat-alat
1.    Larutan NaCl Konsentrasi                                     5. Beberapa Ekor berudu dan Katak
2.    0,2; 0.4;0,6;0,8 dan 1 % M5.                      6. Blood Lanset dan Gelas Piala
2. Asam Asetat Glasial                                   7. Heamoglobinometer Sahli
3. Anti Serum Darah                                       8. Beberapa objek Glass       
4. Larutan Turk                                               9. Beberapa batang pengaduk/ korek

Bahan-bahan
1.    Alkohol 70 % dan 95 %                             6. Larutan HCl 0,1 N
2.    Larutan KCl / Serbuk                                 7. Kapas dan cawan petri
3.    Larutan KI / Serbuk                                   8. Beberapa Pipa Kapiler
4.    Methyl Violet                                             9. Haemocytometer
5.    Larutan Hayem





III.3. Cara Kerja
Struktur Sel Darah Katak dan Manusia
1.      Disediakan Katak yang hidup dan diambilkan darahnya.
2.      Ditetesi darah tersebut  di atas gelas objek sekitar 1 tetes dan kemudian di tetesi denganLarutan NaCl 0,6 %. Dan di tutup dengan kaca penutup.
3.      Di amatilah preparat apusan darah di bawah mikroskop dengan di awali dengan perbesaran lemah sampai perbesaran kuat.
4.      Pada cara 1,2 dan 3 juga sama terhadap darah manusia dan catat hasil pengamatanmu  dan digunakan sebagai data-data untuk laporan praktikum Fisiologi Hewan.

Aliran Darah
1.      Dibiuslah kecebong dengan menggunakan Alkohol 70%, sampai mereka tidak sadar.
2.      Diisilah cawan petri dengan sedikit air dan lalu di pindahkan ke dalam petri.
3.      Diamatilah aliran darah pada ekor Kecebong dengan menggunakan Mikroskop di mulai dengan perbesaran lemah.
4.      Dicatatlah hasil pengamatanmu  dan digunakan sebagai data-data untuk laporan praktikum Fisiologi Hewan.






Proses yang terjadi pada sel darah Manusia dan katak Konsentrasi Larutan NaCl berbeda
1.      Disediakan Larutan NaCl dengan konsentrasi 0,2;0,4;0,6;0,8 dan 1 %.
2.      Di setiap pengambilan sel darah Katak dan darah Manusia lalu ditetesi pada gelas objek dan di tetesi dengan larutan NaCl pada konsentrasi yang berbeda.
3.      Diamatilah peristiwa apa yang terjadi setelah di berikan larutan NaCl pada konsentrasi berbeda.
4.      Dicatatlah hasil pengamatanmu  dan digunakan sebagai data-data untuk laporan praktikum Fisiologi Hewan.


Fibrin
1.      Di atas kaca objek di teteskan sedikit darah, dan dibiarkan membeku.
2.      Di tetesi beberapa tetes zat warna Metyl Violet di tutup dengan kaca penutup.
3.      Diamatilah preparat apusan darah tersebut di bawah mikroskop dan di awali dengan perbesaran lemah.








IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Sel Darah Katak dan Manusia
Varian
Darah Katak
Darah Manusia
Bentuk
Lonjong, Pipih
Bulat, Bikonkaf
Ukuran
Besar
Kecil
Inti
Mempunyai Inti
Tidak ada inti
Gambar








Pembahasan
            Perbedaan Struktur sel darah merah pada Katak dan pada Manusia adalah sel darah merah pada katak berbentuk lonjong, pipih ukurannya besar dan mempunyai inti di tengah sedangkan pada sel darah merah Manusia bentuknya bukat, bikonkaf dan tidak ada inti.
            Apabila larutan NaCl 0.6 % di teteskan pada darah Katak maka darah Katak dalam keadaan Isotonis, konsentrasi darah Katak sama dengan Konsentrasi Larutan NaCl, sedangkan pada darah Manusia di tetesi dengan NaCl 0,8 %  maka darah akan mengalami keadaan Isotonis, yang mana konsentrasi darah Katak sama dengan Konsentrasi Larutan NaCl. Alasan kenapa NaCl digunakan adalah untuk mengetahui peristiwa isotonis pada darah katak dan darah manusia dengan jumlah % berbeda, berguna untuk melihat perbandingan berapa % pengaruh Larutan NaCl pada darah untuk mengalami Isotonis.


           
Aliran Darah
Varian
Arteri
Vena
Dinding
Tebal, Besar
Tipis, Kecil
Diameter pembuluh
Lebih Besar
Kecil
Kecepatan aliran
Cepat
Lambat

Pembahasan
            Pada pembuluh darah Arteri dinding sel Tebal dan besar, diameter pembuluh lebih besar dan kecepatan aliran darah cepat dan sedangkan pada pembuluh darah Vena dinding selnya tipis dan kecil, diameter pembuluh kecil dan kecepatan aliran darah lambat.

Proses yang terjadi pada sel darah Manusia dan katak Konsentrasi Larutan NaCl berbeda
Larutan NaCl
Proses yang terjadi pada
Gambar
Darah Katak
Darah Manusia
Darah Katak
Darah Manusia
0,2 %
Hipotonis,inti keluar
Hipotonis, lisis


0,4 %
Hipotonis
Hipotonis, gembung

0,6 %
Isotonis
Hipotonis, gembung

0,8 %
Hipertonis, tetap
Isotonis
2 %
Hipertonis, bentuk menjadi bulat
Hipertonis, mengkerut/ mengecil


Pembahasan
            Pada hasil eksperimen ini larutan NaCl yang termasuk larutan Hipotonis pada darah Katak adalah Larutan NaCl 0,2 %, 0,4%  dan larutan yang termasuk kedalam larutam Isotonis adalah Larutan NaCl 0,6%  seangkan yang termasuk larutan Hipertonis adalah Larutan NaCl 0,8 % dan 2 %. Sedangkan pada darah manusia yang termasuk dalam larutan Hipotonis adalah larutan NaCl 0,2%, 0,4 %, dan 0,6 %, yang termasuk larutan Isotonis adalah larutan NaCl 0,8 % dan sedangkan larutan NaCl yang termasuk larutan Hipertonis adalah Larutan NaCl 2 %.
            Pada larutan isotonis sel darah katak dan darah manusia tidak terjadi pengembangan atau lisis sel darah. Pada Larutan Hipotonis sel darah mengembung dan lisis disebabkan oleh penyerapan air. Sedangkan pada larutan Hipertonis pada darah Katak berbentuk bulat dan pada darah Manusia terjadi pengerutan sel darah.

Fibrin